Sabtu, 14 November 2009

Endless Love


Based on true story…

Kisah ini berawal saat seorang pemuda yang bernama Edmund Dunn berkewarganegaraan Amerika bertemu dengan seorang gadis yang bernama Claire Goodrich yang berkewarganegaraan Australia di sebuah universitas ternama di Inggris. Mereka berdua mendapat beasiswa dari sekolah dimana tempat mereka berasal.


Edmund yang berasal dari Houston, Texas memutuskan untuk mengikuti program beasiswa dari salah satu sekolah menengah atas yang ada dikotanya. Perjuangan untuk mendapatkan beasiswa itu bukanlah mudah. Setelah dua kali mengalami kegagalan hingga sampai pada waktunya dia pun mendapatkan beasiswa itu.

Setelah mendapatkan restu dari orangtua, Edmund berangkat ke Inggris untuk belajar dan mengejar impiannya menjadi seorang engineering yang professional.

Setibanya di Inggris, Edmund yang belum begitu memahami keadaan disana tentu mengalami hambatan dalam mendapatkan teman. Terlebih lagi pada dasarnya Edmund memang tidak pandai bergaul. Mulanya memang terasa begitu sulit, namun lambat laun dia menjadi terbiasa dengan keadaan itu. Sedih, sepi, rindu akan orang tua dan kampung halaman menjadi teman Edmund disetiap aktivitasnya.

Keadaan itu tidak berlangsung lama, sampai pada waktu kuliah memasuki trimester kedua tahun itu dosen pembimbing mereka mengumumkan akan kedatangan mahasiswi baru dalam rangka pertukaran mahasiswa di universitas itu tepatnya pada jurusan yang diambil Edmund.


Perkenalan mahasiswi baru itu berlangsung singkat, gadis itu bernama Claire Goodrich berasal dari Sydney, Australia. Mulanya Edmund juga tidak begitu peduli dengan acara perkenalan itu. Berbeda dengan mahasiswa-mahasiswi lainnya, Edmund merasa tidak percaya diri untuk mengenal gadis itu lebih jauh lagi.

Dihari-hari berikutnya mereka lalui seperti biasa, datang kuliah, belajar, bermain musik, olah raga sampai diskusi bersama. Ternyata Edmund dan Claire memiliki kesamaan karakter, yaitu kuper alias kurang pergaulan. Banyak teman-teman mengejek dan menjauhi mereka. Claire yang saat itu merasa sedih oleh perilaku teman-temannya disapa oleh Edmund , “Sudahlah.., mereka memang begitu…”, Claire melihat Edmund dan mengatakan , “Hm..???”. “Dulu aku juga merasakan hal yang sama, mereka perlakukan begitu.., mungkin karena kita bukan orang Inggris, jadi mereka kurang menghormati kita…” lanjut Edmund.

Sejak pembicaraan itu berawal Claire merasakan memiliki seorang teman yang bisa memahami hati dan keadaannya. Mereka menjadi lebih sering berkomunikasi bahkan seiring berjalannya waktu didalam hati mereka tumbuh rasa cinta dan saling memiliki. Edmund tidak lagi merasakan sepi dan sedih, begitu juga dengan Claire.

Hari-hari mereka lalui dengan penuh kegembiraan, tiada hari tanpa kebersamaan hingga tanpa mereka sadari akhir dari masa kuliah telah tiba.. Mereka harus berpisah! Claire harus kembali ke Australia untuk meneruskan usaha orang tuanya yang hampir bangkrut dan terlilit hutang, terlebih lagi yang pada waktu itu orang tuanya sedang dalam keadaan sakit. Sementara Edmund mendapat rekomendasi untuk bekerja di perusahaan pembuatan mobil terkenal di Jerman.


Malam perpisahan mereka lalui dengan tangisan dan kesedihan. Mereka bertemu di sebuah sungai kecil yang biasanya dipakai buat lomba perahu disekitar kampus mereka . Di sungai itu mereka berjanji kelak mereka akan bersama lagi suatu saat nanti. Claire memecahkan kaca cermin yang biasa ia pakai untuk merias diri lalu melukai telapak tangannya hingga berdarah, dan ia juga meminta Edmund untuk melakukan hal yang sama. “Darah ini akan menjadi tanda janji kita bahwa kita tidak akan dapat dipisahkan oleh apapun.., cintaku akan tetap untukmu.. selamanya..!” lirih Claire menangis sambil memegang erat tangan Edmund. Jawab Edmund, “Iya sayang.., kelak aku akan menikahimu..!”. Mereka menangis hingga pagi tiba.

Waktu untuk berpisah pun tidak terasa telah sampai, mereka harus saling melepas tangan. Claire yang tiada hentinya menangis sementara Edmund harus rela melepas kepergian Claire. “Ingat dan pegang janji kita sayang..!” seru Claire saat melepaskan tangan Edmund dan berjalan pergi meninggalkan Edmund menuju ruang tunggu airport. Edmund hanya menganggukkan kepala, menitikkan air mata sambil terus memandangi Claire memasuki ruang tunggu airport.

Singkatnya waktu berjalan tibalah Claire di kampung halamannya Sydney, Australia. Begitu beratnya beban yang dialami Claire saat itu dimana saat itu dia masih berduka berpisah dari Edmund kini dia juga menjadi tulang punggung keluarganya dikarenakan ayahnya yang sedang sakit keras sementara ibunya juga mengalami hal yang sama. Adik-adiknya telah menikah dan tinggal bersama suaminya masing-masing yang jauh dari kediaman orang tuanya.

Komunikasi dengan Edmund hanya bisa dilakukan dengan surat, karena pada masa itu hanya itulah satu-satunya sarana untuk berkomunikasi jarak jauh. Dua bulan waktu berjalan ayah Claire meninggal karena sakit. Itu merupakan pukulan terberat dalam hidup Claire setelah berpisah dari Edmund. Claire melayangkan surat pada Edmund yang berisikan kegelisahan dirinya dan kesedihannya semenjak ditinggalkan ayahnya. Edmund membalas surat itu dengan rasa prihatin yang cukup dalam.

Usaha peternakan yang dimiliki ayah Claire ternyata juga mengalami kehancuran. Hutang yang tidak terbayar membuat Claire harus merelakan peternakan itu disita oleh penanam modal. Namun hidup terus berjalan dan tak berhenti sampai disitu. Claire beserta ibunya menjual rumah mereka untuk membayar sisa hutang ayahnya dan mengambil kontrakan disebuah apartment di pinggiran kota. Di tempat itu Claire juga harus mencari pekerjaan baru untuk mencukupi kebutuhan hidupnya bersama ibunya.

Hampir tiap malam Claire menangis dan menulis surat untuk Edmund yang berisikan segala kesusahan yang dia alami semenjak berpisah dari Edmund. Surat itu sampai ketangan Edmund dan Edmund pun tetap mebalas setiap surat yang dia terima dari Claire.

Sampai tiba pada suatu waktu datanglah seorang tukang pos ke kediaman Claire untuk mengantarkan surat balasan dari Edmund. Claire yang waktu itu masih bekerja tidak dapat menerima surat itu sehingga surat tersebut dititipkan kepada ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan untuk disampaikan pada Claire sepulangnya kerja. Surat itu diletakkan ibunya dalam sebuah guci tua peninggalan ayah Claire yang terletak di rak lemari.

Senja tiba, Claire pulang dengan keadaan yang sangat letih. Sampai dirumah ia langsung masuk kamar dan beristirahat sejenak. Sang ibu pun lupa telah menerima surat dari tukang pos.

Hari terus berjalan, ibunya pun meninggal menyusul ayahnya. Rasa duka yang begitu dalam membuat Claire tidak lagi mampu untuk melewatinya seorang diri. Claire merasa Edmund telah melupakannya karena tidak membalas suratnya. Sementara Edmund juga merasakan hal yang sama, surat itu telah ia kirimkan tapi tiada balasan lagi dari Claire. Edmund berpikir Claire telah menikah dengan orang lain. Ia merasa bahagia, karena baginya kebahagiaan Claire adalah merupakan kebahagiaannya juga.

Tak lama setelah kematian ibunya, Claire jatuh sakit. Disaat itu pulalah ia dilamar oleh seorang pengusaha perkapalan yang juga menjadi bosnya ditempat dia bekerja. Lamaran itu ia terima namun cintanya pada Edmund tidak akan pernah hilang. Usia yang cukup jauh membuat suaminya sangat mengerti dengan perasaan Claire.

Selang waktu yang tidak begitu lama, Edmund juga menikah dengan seorang janda yang bekerja sebagai tukang jahit di salah satu kota kecil di Jerman. Namun meskipun dia menikahi janda itu, rasa cintanya pada Claire tidak akan pernah hilang.

Dua puluh tahun berlalu, kini mereka telah tua dan memiliki anak-anak yang sudah remaja. Claire beserta suaminya pindah dari apartment tempat ia tinggal bersama ibunya dulu ke tempat suaminya yang terletak dipinggir pantai. Saat mereka kemasi barang-barang terdengar suara guci yang terjatuh ke lantai dan pecah. Claire yang menjatuhkan guci itu berusaha untuk membersihkan pecahan guci itu. Samar-samar terlihatlah sebuah surat yang bentuk dan tulisannya sangat tidak asing baginya. Ternyata ya.., surat itu adalah surat dari Edmund yang telah sampai dan tersimpan untuk waktu yang sangat lama.

Dengan rasa cemas, gelisah dan berdebar ia buka surat itu. Suaminya yang juga berada disitu hanya bisa terdiam dan mengelus-elus punggung Claire dari belakang. Dalam surat itu tertulis……

--------------------------------------------------------
“Claire ku sayang…
Aku tahu setiap kegundahan hatimu saat ini…
Dan aku juga begitu memahami perasaan yang kamu alami saat ini…
Namun aku tidak bisa berbicara banyak…
Aku hanya bisa katakan bahwa bulan depan aku akan menemuimu dan akan menikahimu disana nanti…
Maka tunggulah kedatanganku…”

Milikmu,
Edmund Dunn.
--------------------------------------------------------

Claire pun menangis sejadi-jadinya, tubuhnya terkulai lemas tak berdaya.  Hanya kata-kata penyesalan yang keluar dari mulutnya, “Oh Edmund ku sayang.., apa yang telah aku lakukan… maafkan aku sayang.., maafkan aku………” hanya kalimat itu yang keluar dari mulutnya.

Dua minggu sudah Claire meratapi keadaan itu, sakitnya semakin menjadi. “Jack.., apakah aku boleh meminta satu permohonan darimu..? tanya Claire pada suaminya. “Apapun itu..! katakanlah…” jawab suaminya. “Jika aku harus mati, maukah engkau membawa Edmund kesini untuk melihat aku..?” Tanya Claire kembali. Suaminya terdiam dan menangis melihat keadaan isterinya seperti itu.

Esoknya Jack berangkat menemui Edmund ke Jerman. Berbekal pengalaman dan pergaulan tidaklah sulit bagi Jack untuk menemukan Edmund. Setelah bertemu dengan Edmund, Jack menceritakan kejadian yang sebenarnya. Edmund merasa sangat sedih dan berniat untuk menemui Claire. Setibanya mereka di Sydney, Edmund terus bergegas ingin cepat rasanya menemui Claire dengan membawa berjuta-juta kerinduan. Setelah sampai di kediaman Claire ternyata Claire sudah meninggal sehari sebelum mereka tiba. Kontan meledaklah tangisan Edmund saat itu. Air matanya tak henti-henti menetes memandangi jasad kekasih yang sangat ia cintai. Terlihat pula bekas goresan luka di tangan Claire sebagai tanda janji mereka dulu membuatnya semakin tak bisa menerima kenyataan. Tanpa ia sadari ada sesosok bayangan didekatnya berbisik , “Edmund sayang.., aku disini… disampingmu……” bayangan itu melangkah sedikit menjauh dari Edmund dan mengisyaratkan agar Edmund mengikutinya…

Edmund pun meninggal disaat itu juga di karenakan rasa putus asa dan stress yang sangat berat namun suami dan anak-anak Claire meyakini Edmund pergi menyusul Claire kekasih hatinya…….